Related Post:
LOW BACK PAIN DAN ASUHAN KEPERAWATANNYA
A. Tinjauan Teoritis Low Back Pain
1. Pengertian
Nyeri
punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah lumbasakral dan
sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran
ketungkai sampai kaki. (Harsono, 2000:265).
Herniasi diskus (carram)
intervertebralis (HNP) merupakan penyebab utama nyeri punggung bawah
yang berat, kronik dan berulang (kambuh), mungkin sebagai dampak trauma
atau perubahan degeneratif yang berhubungan dengan proses penuaan.
(Doenges, Marylinn, 1999:320).
Nyeri punggung bawah adalah nyeri
yang dirasakan didaerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri local
maupun radikuler atau keduanya, nyeri ini terasa diantara sudut rusuk
terbawah (torakal XII) dan lipat bokong bawah yaitu didaerah lumbal dan
lumbasakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri kearah tungkai
dan kaki.
Low back pain nyeri punggung bawah
adalah salah satu nyeri yang paling sering dijumpai dalam praktek
sehari-hari, juga merupakan persoalan mayarakat karena sering
mengakibatkan penderita tidak dapat bekerja dalam kesehariannya.
Low back pain dapat berupa rasa
kemeng atau sedikit pegal sampai nyeri sekali, sakit ini dapat timbul
secara mendadak ataupun secara perlahan-lahan dalam waktu beberapa jam
sampai beberapa hari. Rasa sakit dapat dirasakan pada tubuh bagian
belakang, dari tulang iga terakhir sampai bagian bawah bokong dan juga
dapat menjalar ketungkai. Sering kali penderita cemas kalau LBPnya
berasal dari penyakit ginjal atau kencing batu anggapan itu tidaklah
selalu benar.
Jika diperhatikan secara seksama
keluhan LBP sangat bervariasi, kualitas nyeri, intensitas serta
penyebarannya sangat bervariasi, berbagai sikap badan seperti berdiri,
duduk atau berbaring sangat berpengaruh terhadap timbulnya rasa nyeri.
2. Etiologi
Pembagian etiologi berdasarkan sistem anatomi :
a. LBP Viserogenik (organ abdomen)
Kelainan berasal dari ginjal, viscera pelvis, omentum minor, tumor retroperitoneal, fibroid retrouteri
b. LBP Verkulogenik (pembuluh darah)
Aneurisme diabdomen, penyakit vaskuler perifes, insufiensi dari arteri glutea superior
c. LBP Neuvogenik
Tumor-tumor letaknya ekstradural maupun intradural ekstra medullar sering menyebabkan LBP oleh karena juga menekan radik.
d. LBP Spondilogenik
Berasal dari :
1) Tulang koluma spinalis (trauma, radang, tumor, metabolic dan spondilolistesis)
2) Sendi-sendir sakroiliakan
3) Jaringan lunak (degenerasi diskus, aptur diskus, penjepitan akar saraf akibat stenosis spinalis.
e. LBP Psikogenik
Dapat disebabkan oleh keadaan depresi, kecemasan maupun neurosis
Pembagian lain adalah berdasarkan etiologi :
a. LBP Traumatik
1) LBP pada unsur miofasial
2) LBP akibat trauma pada komponen keras susunan neuromuskuloskeletal
b. LBP akibat proses degeneratif yang mencakup
1) Spondilosis
2) HNP
3) Stenosis spinalis
4) Oesteoartritis
c. LBP akibat penyakit inflamasi yaitu
1) Artritis rematoid
2) Spondilitis angkilopoetika
3) Spondylitis
d. LBP akibat gangguan metabolisme, misalnya osteoporosis tulang
e. LBP akibat neoplasma
1) Tumor myelum
2) Retikulosis
f. LBP akibat kelainan congenital
g. LBP sebagai refered pain
h. LBP akibat gangguan sirkulatorik
i. LBP oleh karena psikoneurotik
3. Patofisiologi
Kolumna
vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastic yang tersusun
atas banyak unit rigid (vertebrae) dan unit fleksible (discus
intervertebralis) yang diikat satu sama lain oleh komplek sendi faset,
berbagai ligament dan otot paravertebralis.
Konstruksi
punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas sementara disisi
lain tetap dapat memberikan perlindungan yang maksimal terhadap sumsum
tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan
vertical pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh membantu
menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan torak sangat
penting pada aktivitas mengangkat beban. Bila tidak pernah dipakai akan
melemahkan struktur pendukung ini. Obesitas, masalah postur, masalah
struktur, dan peregangan berlebihan pendukung tulang belakang dapat
berakibat nyeri punggung.
Diskus
intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah
tua. Pada orang muda diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan
matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat
dan tak teratur. Degenerasi diskus merupakan penyebab nyeri punggung
yang biasa diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress
mekanis paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan
diskus (herniasi nucleus pulposus) atau kerusakan sendi faset dapat
mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis
spinalis yang mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf
tersebut. Sekitar 12% orang dengan nyeri punggung bawah menderita
hernia nucleus pulposus ( Brunner & Suddarth, 2002 : 2321 ).
4. Manifestasi Klinis
Secara praktis manifestasi klinis diambil dari pembagian berdasarkan sistem anatomi :
a. LBP Viscerogenik
Tipe
ini sering nyerinya tidak bertambah berat dengan adanya aktivitas
maupun istirahat. Umumnya disertai gejala spesifik dari organ
viseralnya. Lebih sering disebabkan oleh faktor ginekologik,
kadang-kadang didapatkan spasme otot paravertebralis dan perubahan sudut
ferguson pada pemeriksaan radiologik, nyeri ini disebut juga nyeri
pinggang akibat referred pain.
b. LBP vaskulogenik
Tahap
dini nyerinya hanya sakit pinggang saja yang dirasakan, nyeri bersifat
nyeri punggung dalam, nyeri sering menjalar kebokong, belakang paha, dan
kedua tungkai, nyeri sering menjalar kebokong, belakang paha, dan kedua
tungkai. Nyeri tidak timbul karena adanya stress spesifik pada kolumna
vertebralis (membungkuk, batuk dan lain-lain). Diagnosa ditegakkan
apabila ditemukan benjolan yang berpulpasi.
c. LBP Neurogenik
Nyeri
sangat hebat, bersifat menetap, sedikit berkurang pada saat bediri
tenang, terutama dirasakan pada saat malam hari. Nyeri dapat
dibangkitkan dengan aktivitas, dan rasa nyeri berkurang saat penderita
berbaring, sering didapat kompresi akar saraf, ditemukan juga spasme
otot paravertebralis.
d. LBP Spondilogenik
Yang sering ditemukan adalah :
1) HNP : Nyeri disertai iskialgia, dirasakan sebagai nyeri pinggang, menjalar kebokong, paha belakang tumit sampai telapan kaki.
2) Miofasial : Nyeri
akibat trauma pada otot fasia atau ligamen, keluhan berupa nyeri daerah
pinggang, kurang dapat dilokasikan dengan tepat, timbul mendadak waktu
melakukan gerakan yang melampau batas kemampuan ototnya.
3) Keganasan : Tumor
ganas pada daerah vertebrae dapat bersifat primer atau sekunder. Pada
foto rontgen terlihat adanya destruksi, pemeriksaan laboratorium
terlihat adanya peningkatan alkalifostase.
4) Osteoporotik : Terjadi
pada lansia terutama wanita, nyeri bersifat pegal atau nyeri radikuler
karena adanya fraktur kompresi sebagai komplikasi osterporosis tulang
belakang.
e. LBP Psikogenik
Keluhan
nyeri hebat tidak seimbang dengan kelainan organik yang ditemukan,
penderita memilih suatu mekanisme pembelaan terhadap ancaman rasa
amannya dengan menghindarkan diri bila tidak melakukan hal tertentu.
Keadaan ini akan menyebabkan otot-otot dalam keadaan tegang sehingga
meningkatkan spasme otot dan timbul rasa nyeri.
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan fisik :
a. Observasi
: amati cara berjalan penderita pada waktu masuk ruang periksa, juga
cara duduk yang disukainya. Bila pincang, diseret, kaku (merupakan
indikasi untuk pemeriksaan neurologis). Amati juga apakah perilaku
penderita konsisten dengan keluhan nyerinya (kemungkinan kelebihan
psikiatrik).
b. Inspeksi
: untuk kolumna vertebralis (thoroko-lumbal dan lumbopsakral) berikut
deformitasnya, serta gerakan tulang belakang, seperti fleksi kedepan,
ekstensi kebelakang, fleksi kelateral kanan dan kiri.
c. Nyeri
yang timbul hampir pada semua pergerakan daerah lumbal sehingga
penderita berjalan sangat hati-hati (kemungkinan infeksi, inflamasi,
tumor dan fraktur)
d. Palpasi
: apakah terdapat nyeri tekan pada tulang belakang atau pada otot-otot
disamping tulang belakang? Apakah tekanan dari diantara dua prosessus
spinosus menimbulkan rasa nyeri (spurling sign)
e. Perkusi : perhatikan apakah timbul nyeri jika processus spinosus diketok
Pemeriksaan neurology pada tungkai
a. Sensibilitas (dermatome), motorik (kekuatan), tonus otot, reflek, tropik.
b. Test provokasi (sensorik)
1) Laseque
2) Kering
3) Bragard dan sicard
4) Patrick (lesi coxae)
5) Kontra Patrik (Lesi Sakroiliakal)
c. Adakah gangguan miksi dan defekasi
d. Adakah tanda-tanda lesi upper motor neuron (UMN) dan lower motor neuron (LMN)
Pemeriksaan Diagnostik
a. Fungsi lumbal : Mengetahui
warna cairan serebrospinal (jernih air, kekuningan/xantokram, keruh),
adanya kesan sumbatan/hambatan aliran cairan serebrospinal secara total
atau parsial, jumlah sel, kadar protein, NaCl dan glukosa.
b. Foto rontgen : Mengidentifikasi
adanya fraktur korpus vertebra, arkus atau prosesus spinosus, juga
adanya dislokasi vertebra, spionfilolistesis, bamboo spine destruksi
vertebra, HNP
c. Electroneuromiografi : Melihat adanya fibrilasi, serta dapat pula dihitung kecepatan hantar saraf dan letensi distal.
d. Sken tomografi : Dapat melihat gambar vetebra dan jaringan disekitarnya termasuk diskus intervertebralis
(Harsono, 2000:281)
6. Penatalaksanaan medis
a. Tirah baring :
Tempat
tidur dengan alat yang keras dan rata untuk mengendorkan otot yang
spasme, sehingga terjadi relaksasi otot maksimal. Dibawah lutut diganjal
batal untuk mengurangi hiperlordosis lumbal, lama tirah baring tidak
lebih dari 1 minggu.
b. Medika mentosa :
Menggunakan
obat tunggal atau kombinasi dengan dosis semiminimal mungkin, dapat
diberikan analgetik non-steroid, muscle relaxant, tranguilizer, anti
depresan atau kadang-kadang obat blokade neuratik.
c. Fisioterapi :
Dalam bentuk terapi panas, stimulasi listrik perifer, traksi pinggul, terapi latihan dan ortesa (kovset)
d. Psikoterapi :
Diberikan
pada penderita yang pada pemeriksaan didapat peranan psikopatologi
dalam timbulnya persepsi nyeri, pemberian psikoterapi dapat digabungkan
dengan relaksasi, hyprosis maupun biofeedback training.
e. Akupuntur :
Kemungkinan
bekerja dengan cara pembentukan zat neurohumoral sebagai neurotras
mitter dan bekerja sebagai activator serat intibitor desenden yang
kemudian menutup gerbang nyeri.
f. Terapi operatic :
Dikerjakan
apabila tindakan konservatif tidak memberikan hasil yang nyata, atau
kasus fraktur yang langsung mengakibatkan defisit neurologik, ataupun
adanya gangguan spinger
g. Latihan :
Latihan
perlu dilakukan dengan hati-hati dan terarah agar tidak memperburuk
keadaan, dapat dimulai pada hari ke 2 dan ke 3 kecuali jika penyebabnya
adalah herniasi diskus.
B. Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Low Back Pain
1. Pengkajian
a. Aktivitas dan istirahat
1) Gejala : riwayat
pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk, mengemudi dalam
waktu lama, membutuhkan papan/matras waktu tidur, penurunan rentang
gerak dari ekstrimiter pada salah satu bagian tubuh, tidak mampu
melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
2) Tanda : Atropi otot pada bagian tubuh yang terkena, gangguan dalam berjalan.
b. Eliminasi
Gejala : Konstribusi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya inkontenensia/retensi urine
c. Integritas Ego
1) Gejala : Ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan, finansial keluarga.
2) Tanda : Tampak cemas, defresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat
d. Neurosensori
1) Gejala : Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
2) Tanda : Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotania, nyeri tekan/spasme pavavertebralis, penurunan persesi nyeri (sensori)
e. Nyeri/kenyamanan
1) Gejala : Nyeri
seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan adanya batuk,
bersin, membengkokan badan, mengangkat defekasi, mengangkat kaki, atau
fleksi pada leher, nyeri yang tidak ada hentinya atau adanya episode
nyeri yang lebih berat secara interminten; nyeri menjalar ke kaki,
bokong (lumbal) atau bahu/lengan; kaku pada leher (servikal). Terdengar
adanya suara “krek” saat nyeri baru timbul/saat trauma atau merasa
“punggung patah”, keterbatasan untuk mobilisasi/membungkuk kedepan
2) Tanda : Sikap:
dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena, perubahan cara
berjalan: berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang terangkat pada
bagian tubuh yang terkena, nyeri pada palpasi.
f. Keamanan
Gejala : Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi
g. Penyuluhan dan pembelajaran
1) Gejala : Gaya hidup ; monoton atau hiperaktif
2) Pertimbangan : DRG menunjukan rata-rata perawatan:10,8 hari
3) Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan batuan transportasi, perawatan diri dan penyelesaian tugas-tugas.
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan :
1) Trauma jaringan dan reflek spasme otot
2) Inflamasi
3) Kompresi saraf
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
1) Nyeri dan ketidaknyamanan
2) Spasme otot
3) Terapi testriktif
4) Kerusanan neuromuskular
c. Ansietas/koping individu tak efektif berhubungan dengan
1) Krisis situasi
2) Atasi/ubah status kesehatan, status sosioekonomik, peran fungsi
3) Gangguan berulang dengan nyeri terus menerus
4) Ketidakadekuatan metode koping
d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, pragnosis, dan tindakan berhubungan dengan :
1) Kesalahan informasi/kurang pengetahuan
2) Kesalahan interpretasi informasi kurang mengungat
3) Tidak mengenal sumber-sumber informasi
Prioritas keperawatan
1. Menurunkan stress pada spinal, spasme otot, dan nyeri
2. Meningkatkan berfungsi dengan optimal
3. Memberi dukungan pada pasien/keluarga/orang terdekat dalam proses rehabilitasi
4. Memberikan informasi yang berhubungan dengan penyakit/prignosis dan kebutuhan pengobatannya.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosis I
a. Kaji
adanya keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya serangan, faktor pencetus
yang memperberat, minta pasien untuk menetapkan pada skala 0–10
b. Pertahankan
tirah baring selama fase akut, peletakan pasien pada posisi semi fowler
dengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan fleksi, posisi
telentang dengan atau tanpa meninggikan kepala 10-30 derajat atau pada
posisi lateral
c. Gunakan logirdi (papan) selama melakukan perubahan posisi
d. Bantu pemasangan Brace/korset
e. Batas aktivitas selama sesuai kebutuhan
f. Letakkan semua kebutuhan, termasuk bel panggil dalam batas yang mudah dijangkau/diraih oleh pasien.
Diagnosis II
a. Berikan tindakan pengamanan sesuai indikasi dengan situasi spesifik
b. Catat respon-respon emosi/perilaku pada imobilisasi berikan aktivitas yang disesuaikan dengan klien
c. Ikuti aktivitas/prosedur dengan periode istirahat, anjurkan pasien untuk tetap berperan serta dalam aktivitas sehari-hari
d. Berikan/bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
e. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif
f. Demonstrasikan penggunaan alat penolong seperti alat bantu jalan, tongkat
Diagnosis III
a. Kaji
tingkat ansietas klien, tentukan bagaimana pasien menangani masalahnya
di masa yang lalu dan bagaimana pasien melakukan koping dengan masalah
sekarang.
b. Berikan informasi yang akurat dan jawab dengan jujur
c. Berikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan masalahnya
d. Kaji adanya masalah sekunder yang mungkin merintangi keinginan untuk sembuh dan mungkin menghalangi proses penyembuhan
e. Catat perilaku dari orang terdekat/keluarga yang meningkat “peran sakit” pasien.
Diagnosis IV
a. Jelaskan kembali proses penyakit dan prognisis serta pembatasan kegiatan
b. Berikan
infomasi tentang berbagai hal dan instruksikan pasien untuk melakukan
perubahan “mekanika tubuh” tanpa bantuan dan juga melakukan latihan
c. Diskusikan
mengenai pengobatan dan juga efek sampingnya, seperti halnya beberapa
obat yang menyebabkan kantuk yang sangat berat (analgetik, relaksasi
otot)
d. Diskusikan mengenai kebutuhan diet
e. Hindari pemakaian pemanas dalam waktu yang lama
f. Lihat kembali pemakaian kakolar leher yang lunak
4. Evaluasi
Diagnosa I
a. Menghilangkan nyeri hilang/terkontrol
b. Mengungkapkan metode yang memberikan penghilangan
c. Mendemontrasikan penggunaaan intervensi (misalnya keterampilan relaksasi) untuk menghilangkan nyeri.
Diagnosa II
a. Mengungkapkan pemahaman tentang situasi/faktor resiko dan aturan pengobatan individual
b. Mendemontrasikan teknik/perilaku yang mungkin
c. Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang sakit dan/atau kompensasi
Diagnosa III
a. Tampak rileks dan melaporkan anisetas berkurang pada tingkat dapat diatasi
b. Mengidentifikasi ketidakefektifan perilaku koping dan konsekuensinya
c. Mengkaji situasi terbaru dengan akurat
d. Mendemonstrasikan keterampilan pemecahan masalah
e. Mengembangkan rencana untuk perubahan gaya hidup yang perlu
Diagnosis IV
a. Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi, prognosis dan tindakan
b. Melakukan kembali perubahan gaya hidup
c. Berpartisipasi dalam aturan tindakan
BAB III
HASIL ASUHAN
A. Gambaran Kasus
Tuan
H.T umur 60 tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan terakhir SMP,
pekerjaan swasta, alamat Jl. Pangeran Gang Rahman, status perkawinan
sudah kawin, agama Islam, suku Banjar, masuk rumah sakit Islam
Banjarmasin pada tanggal 4 Juni 2004 dengan diagnosa medis low back pain
(nyeri punggung bawah).
Selama di rumah sakit yang menjadi penanggung jawab klien adalah Tuan R. umur 34 tahun, alamat kompleks Purna Sakti Banjarmasin.
Keluhan utama waktu masuk rumah sakit tanggal 4 Juni 2004 :
Nyeri pinggang belakang bagian kiri dari setengah bulan yang lalu dan
nyeri pada belikat kanan (skapula). Waktu pengkajian (tanggal 9 Juni
2004) Klien masih mengeluh nyeri pinggang belakang bagian kiri manjalar kekanan.
Riwayat penyakit sekarang± 1 bulan
yang lalu klien terjatuh dari kendaraan tapi klien tidak sampai dibawa
ke rumah sakit hanya dibawa ketukang pijat dan minum obat yang dibeli di
toko untuk mengurangi rasa nyeri. Setengah bulan kemudian klien
mengeluh nyeri pinggang belakang bagian kiri. Pada tanggal 03-06-2004
klien dibawa keluarganya kepraktek dr. Djohan S, kemudian karena sakit
klien semakin parah pada tanggal 05-06-2004 klien dibawa keluarganya ke
Rumah Sakit Islam Banjarmasin dan dirawat dikamar 35B di ruang Ibnu
Sina.
Riwayat penyakit dahulu± 5 tahun
yang lalu klien pernah mengalami hipertensi, DM dan kolesterol tinggi,
namun tidak sampai masuk rumah sakit hanya berobat jalan.
Riwayat penyakit keluarga menurut
keluarga klien tidak ada keluarga klien yang mengalami penyakit seperti
klien atau menderita penyakit DM, hipertensi dan penyakit TBC.
Dari pemeriksaan fisik pada tanggal
09 Juni 2004 diperoleh hasil keadaan umum klien adalah kesadaran compos
mentis. GCS 4-5-6, hasil pengukuran tanda-tanda vital : TD : 140/80
mmHg, T :37,2oC, N : 100 x/menit, R : 24 m/menit, BB : 70 kg. Keadaan
klien tampak lemah dan lesu.
Hasil pemeriksaan pada kulit,
didapatkan keberhasilan kulit bersih (tidak ada kotoran yang menempel),
warna kulit sawo matang, tekstur kulit halus, tidak ada odema.
Kepala leher, struktur kepala
tampak simetris, tidak ada nyeri atau trauma kepala, tidak ada lesi,
warna rambut hitam beruban, distribusi rambut merata, pada leher tidak
terdapat pembesaran kelenjar tyroid atau vena lugularis.
Penglihatan dan mata, mata klien
tampak simetris, tidak ada kotoran atau secret, klien dapat melihat
dengan baik bola mata dapat digerakkan kesegala arah. Klien tidak
menggunakan alat bantu penglihatan, sklera mata tidak ikterik,
konjungtiva tidak anemis, mata klien tampak lesu, warna kehitam-hitaman
disekitar mata.
Penciuman dan hidung, struktur
hidung simetris, tampak bersih tidak ada secret, atau kotoran, tidak ada
pendarahan atau epistaksis, tidak ada peradangan atau nyeri hidung,
fungsi penciuman baik dapat membedakan bau alkohol dan minyak kayu
putih, tidak terdapat massa (polip).
Pendengaran dan telinga, struktur
telinga simetris, tampak bersih tidak ada secret atau cairan, tidak ada
perdarahan atau peradangan, fungsi pendengaran baik, tidak menggunakan
alat bantu pendengaran.
Mulut dan gigi, warna mokusa bibir
merah muda, mulut dan lidah besih, tidak ada perdarahan dan lesi, gigi
ada yang tunggal, fungsi menguyah baik, tidak menggunakan gigi palsu.
Dada, pernafasan dan sirkulasi,
pergerakan rongga dada simetris, bentuk rongga dada simetris antara kiri
dan kanan, frekuensi nafas 24 x/menit, irama teratur dan dalam,
kadang-kadang batuk, tidak ada sesak nafas, tidak ada nyeri, pernapasan
melalui hidung, tidak menggunakan otot bantu pernapasan, tidak terdengar
bunyi nafas tambahan, perkusi sonor pada dada.
Abdomen, bentuk abdomen simetris
antara kiri dan kanan, distensi abdomen tidak ada, terdengar bising usus
6 x/menit, klien mengalami nyeri punggung belakang dari kiri menjalar
kebagian kanan, skala nyeri 4 (berat sekali) 0 1 2 3 4 5
Frekuensi nyeri terus menerus dan tambah parah bila melakukan
gerakan, kuantitas nyeri seperti ditusuk-tusuk, ada nyeri tekan pada
pinggang bagian kiri.
Genitalia dan reproduksi, tidak ada
peradangan pada genetalia bagian luar dan dalam, tidak ada kesulitan
saat ereksi dan ejakuasi, tidak terdapat nyeri saat BAK, kebersihan
genetalian bersih tidak terdapat lesi, kutu, kemerahan dan ekskoriasi.
Ekstremitas
atas dan bawah, struktur ekstrimitas dan kiri dan kanan simetris,
struktur ekstrimitas bawah kiri dan kanan simetris, pada ekstrimitas
kanan bawah terpasang infus RL 20 tts/menit drif toradol 1 ampul, nyeri
pinggang tambah parah bila ekstrimitas bawah digerakkan, skala kekuatan
otot.
Keterangan :
4 = Dapat digerakan melawan gravitasi dengan sedikit tahanan
dari pemeriksa
3 = Dapat digerakkan melawan gravitasi tapi tidak dapat menahan
tahanan dari pemeriksa
Aktivitas dan istirahat, dirumah klien
sehari-harinya hanya istirahat dan tidak bekerja lagi, tidur siang 1-2
jam/hari dan tidur malam 6-8 jam/hari. Di rumah sakit, klien hanya
berbaring ditempat tidur, skala aktivitas 2 (mobilitas fisik dibantu
sepenuhnya oleh orang lain). Klien mengeluh tidak bisa tidur karena
nyeri pinggang tidur makan hanya ± 2 jam, klien sering terbangun saat
tidur.
Personal hygiene di rumah klien
mandi 2 x 3 x sehari, gosok gigi 2 x sehari, keramas 1 –2 x seminggu,
potong kuku bila panjang, ganti pakaian bila kotor. Di rumah sakit,
klien diseka 1 x sehari oleh keluarganya, gosok gigi kadang-kadang, kuku
pendek, ganti pakaian bila kotor.
Nutrisi,di rumah klien makan 3 x
sehari , diet nasi biasa dan lain-lain sesuai selera klien, nafsu makan
baik, minum 6 - 8 gelas air putih sehari. Di rumah sakit, klien makan 3
x sehari kadang-kadang habis satu porsi kadang tidak, nafsu makan ada
tapi hilang bila nyeri tambah parah, minum air putih 3-4 gelas sehari,
diet BB TKTP.
Eliminasi di rumah klien mengatakan
BAB lancar 1-2 x sehari, konsistensi lembek, warna kekuningan, bau
busuk. BAB lancar 3-4 x sehari, warna jernih kekuningan bau pesing. Di
rumah sakit, BAB 1 x sehari, konsistensi lembek, bau busuk, BAK 2 - 3 x
sehari, warna jernih kekuningan, bau pesing.
Seksualitas klien sudah menikah mempunyai 1 orang istri dan 4 orang anak, hubungan klien dengan istri dan anak baik
Psikososial, hubungan klien dengan
perawat baik. Klien mau berkomunikasi dengan perawat, hubungan klien
dengan keluarga baik, ini terlihat dari isteri dan anak-anak klien
selalu menemani dan membantu aktivitas klien, klien tampak tabah
menghadapi penyakitnya
Spritual, klien beragama Islam,
dirumah klien selalu rutin sholat 5 waktu, sedangkan di rumah sakit
klien juga sholat meski hanya ditempat tidur dan klien selalu berdoa
untuk kesembuhannya.
Data Penunjang
Terapi / pengobatan (4 Juni 2004)
- Injeksi Acran 2 x 1 amp
- Myonal 3 x 1 tab
- Lytadex 3 x 1 tab
- Trolip 300 2 x 1
- Dulcolaxtol 3 x CI
- Pronalges 100 1-0-1
- Esilgan 2 mg 0-0-1
Therapi tambahan (9 Juni 2004)
- Inj stesolid/diazepam ½ amp malam
- MST 10 mg 1-0-1
- Fundamine 3 x 1
Hasil pemeriksaan radiologi tanggal 5 Juni 2004
Shoulder joint AP Ext ( 24 x 30)
Hasil : suspect fibro sarcoma
Laboratorium klinik tanggal 4 Juni 2004
a. Kimia darah
- Gula darah puasa : 114,5 mg/dl Normal : 75-115 mg/dl
- Gula darah 2 jam pp : 149 mg/dl Normal : 125 mg/dl
b. Test faal hati
- SGPT : 18,2 U/L Normal : up to 12 mg/dl
c. Test faal ginjal
- Creatinin : 0,8 mm/dl Normal : 0,6-1,1 mg/dl
- Uric acid : 4,9 mg/dl Normal : 3,4 – 7,0 mg/dl
d. Lemak darah
- Choksterol : 178,6 mg/dl Normal : up to 200 mg/dl
- Triglyserid : 256m5 mg/dl Normal : 60 – 15 mg/dl
Data Fokus
1) Data inspeksi :
a. Klien tampak meringis kesakitan dengan skala 4 (berat sekali) 0 1 2 3 4 5
b. Klien kadang-kadang batuk
c. Tampak garis kehitaman disekitar mata
d. Klien tampak gelisah
e. Frekuensi nafas 24x/menit
2) Palpasi :
a. Terdapat nyeri tekan pada pinggang kiri
b. Denyut nadi 100 x/menit
3) Perkusi : -
4) Auskultasi : -
B. Analisa dan Diagnosa Keperawatan
No Data Masalah Etiologi
1 2 3 4
1 DO :
- Diagnosa medis dari status low back pain
- Klien tampak meringis kesakitan
- Klien tampak gelisah
- Tanda-tanda vital :
TD : 140/80 mmHg
T : 37,2oC
N : 100 x/menit
R : 24 x/menit
DS :
- Klien mengeluh nyeri pada pinggan kiri menjalar kebagian kanan dengan skala nyeri 4 (berat sekali)
0 1 2 3 4 5
- Kualitas nyeri seperti ditusuk-tusuk
- Frekuensi nyeri terus menerus dan tambah parah bila melakukan gerakan
Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) Refleksi spasme otot sekunder akibat tekanan susunan saraf tepi daerah pinggang
1
2 3 4
2 DO :
- Klien tampak lemah dan lesu
- Tampak warna kehitam-hitaman di sekitar mata.
- Tanda-tanda vital :
TD : 140/80 mmHg
T : 37,2oC
N : 100 x/menit
R : 24 x/menit
DS :
- Klien mengeluh tidak bisa tidur karena nyeri pinggang bagian kiri menjalar ke kanan dengan skala nyeri 4 (berat sekali)
0 1 2 3 4 5
- Kualitas nyeri seperti ditusuk-tusuk
- Frekuensi nyeri terus menerus dan tambah parah bila melakukan gerakan
- Klien mengatakan tidur malam paling lama ± 2 jam klien sering terbangun saat tidur
Gangguan pola istirahat dan tidur Nyeri pada pinggang kiri
1
2 3 4
3 DO :
- Klien tampak hanya berbaring ditempat tidur
- Klien
tampak meringis kesakitan bila melakukan gerakan klien hanya bisa
beraktivitas ditempat tidur dengan di Bantu keluarga dengan skala
aktivitas 2 (dibantu sepenuhnya oleh orang lain)
DS :
- Klien mengatakan merasa sangat nyeri bila melakukan gerakan dengan skala nyeri 4(berat sekali)
- Kualitas nyeri seperti ditusuk-tusuk
- Frekuensi nyeri terus menerus dan tambah parah bila melakukan gerakan
- Kerusakan mobilitas fisik Nyeri sekunder terhadap spasme otot
Prioritas masalah :
1. Gangguan
rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan refleks spasme otot
sekunder akibat tekanan susunan syaraftapi daerah pinggang.
2. Gangguan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan nyeri pada pinggang kiri
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri sekunder terhadap spasme otot
Daftar
Pustaka :
1. Brunner
& Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2002
2. Brunner
& Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2002
3. Ruth
F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot, Philadelphia,
2000
4. Wim
de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Cetakan I, EGC, Jakarta, 1997
0 komentar:
Posting Komentar